Seorang remaja berseragam SMA tampak tengah dikerubungi teman sebayanya di teras
depan kelas. Tangannya dengan cekatan membubuhkan cairan cokelat ke atas es gabus warna
pelangi. Dengan kalem dia membentuk gambar seperti kupu-kupu, bunga, tulisan nama atau
apapun sesuai pesanan pembeli. Pemandangan tersebut kerap disaksikan setiap jam istirahat
sekolah
Dia adalah Imam Abdul Hamid, siswa kelas 10 di SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten
Tasikmalaya. Imam seorang remaja 16 tahun tanpa rasa malu memutuskan untuk berjualan es
gabus di sekolah. Tentu kita masih ingat dengan jajanan “jadul” ini kan? Jajanan yang saat ini
sudah jarang kita temukan. Sebagai anak generasi Z mau berjualan es gabus, tentu menjadi
sesuatu yang luar biasa. Mengingat generasi sekarang kebanyakan malu dan gengsi untuk
berjualan, apalagi berjualan jajanan tradisional seperti es gabus yang disimpan dalam box
kardus, sederhana pula.
Kisah Imam bermula saat ia berinisiatifuntuk membantu perekonomian keluarga tanpa
paksaan dari orang tuanya. Ia memutuskan untuk berjualan es gabus yang merupakan usaha
yang sudah dirintis orang tuanya sejak lama. Kebanyakan dari anak seusianya tanpa harus repot
memikirkan bagaimana caranya mencari uang, berbeda dengan Imam yang bahkan sudah
memulai berjualan dari sejak kelas 3 SD. Imam sudah membantu meringankan beban orang
tuanya, meskipun sekadar untuk bekal uang saku.
Setiap hari Imam menawarkan es gabus buatannya kepada teman-teman sekolah dan
selalu berkeliling sekolah pada saat jam istirahat tanpa mengganggu proses belajar. Pihak
sekolah pun tidak mempermasalahkan Imam yang berjualan, selama tidak mengganggu
pelajaran. Beruntung, teman-teman di sekitarnya selalu mendukung dengan membeli es gabus
buatan Imam sampai rela mengantre. Bahkan guru – guru di sekolah pun ikut membeli, dan tak
jarang ada yang sampai memborong untuk kemudian dibagi-bagikan lagi ke guru lain di kantor.
Penghasilan Imam cukup lumayan. Es gabus yang dijual seharga seribu rupiah, dalam sehari ia
bisa meraup hingga 150.000 rupiah jika dagangannya habis terjual.
Baginya, menghitung uang hasil jerih payah bukanlah sekedar transaksi finansial. Itu
adalah bukti nyata dari usaha yang tak kenal lelah. Setiap lembar uang kertas mempunyai
cerita. Cerita tentang keringat yang membasahi dahi, cerita tentang harapan untuk masa depan
keluarga yang lebih baik. Namun dibalik manisnya penghasilan, tersimpan rasa malu yang tak
bisa diabaikan dan rasa minder yang selalu menghimpit hatinya. Tatapan dan bisikan orangorang kadang menciptakan beban tersendiri baginya. Meskipun demikian rasa malu itu tak
mampu mengalahkan tekadnya yang kuat demi membantu perekonomian keluarga.
Tak lepas dari manajemen waktu yang baik, Imam sangat cermat membagi waktu antara
belajar dan berjualan. Jam istirahat sekolah menjadi waktu berjualan, sedangkan produksi es
gabus ia lakukan di malam hari. Imam pun aktif sebagai anggota pramuka dan tergabung dalam
OSIS juga. Terbukti kan, orang yang memiliki jiwa enterpreneur itu memang luar biasa dalam
memanfaatkan peluang yang ada. Imam tidak mau diuntungkan dari segi finansial saja, namun
dia ingin mendapatkan pengalaman yang lain yaitu berorganisasi di sekolah.
Meskipun sibuk berjualan dan bersekolah namun tidak lantas membuat Imam lupa
bermain. Waktu libur sekolah menjadi kesempatan berharga bagi Imam untuk melakukan
aktivitas lainnya yang menghibur. Ia sering menghabiskan waktu luangnya dengan memancing
di sungai dekat rumah bersama teman-temannya. Setelah membawa pulang hasil
tangkapannya, ia masak dan dinikmati bersama teman-teman atau keluarganya. Di sore hari,
ia lanjutkan kegiatan mencari rumput untuk makanan domba peliharaannya. Rumput yang ia
kumpulkan itu menjadi makanan utama domba-domba milik keluarganya.
Nasib seseorang tidak ada yang tahu, hidup adalah misteri, begitu orang bilang.
Viralitas yang tak disangka-sangka datang menghampiri Imam. Berawal dari kakak kelasnya
yang bernama Nova, iseng mengunggah video Imam yang sedang berjualan di akun TikTok
miliknya. Sejak itu foto-foto dan video Imam yang sedang berjualan es gabus dengan box
kardus tersebar luas diberbagai platform media sosial.
Warganet tergerak hatinya melihat semangat Imam yang luar biasa. Bahkan karena video dirinya yang viral, ada beberapa warganet yang ikut menitipkan rezekinya untuk Imam. Ada yang memberikan uang tunai,termos es, sepatu, tas sekolah, pensil warna bahkan ada yang memberinya handphone. Hadiah
yang paling membuat Imam merasa senang adalah termos es. Berkat termos es tersebut, es
gabusnya menjadi lebih lama beku dibanding disimpan di box kardus sebelumnya

Seperti sebuah mimpi saja, begitu yang dirasakan Imam. Ia mendadak viral dan SMAN
1 CIKATOMAS pun tentu saja mendapatkan imbas positifnya. Sementara sedang ramai-ramai
isu bullying di sekolah, SMAN 1 Cikatomas justru banjir pujian dari netizen karena dinilai
menjadi sekolah yang ramah anak. Tentu ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi sekolah
kami. Dalam kegiatan seperti upacara ataupun acara-acara yang diselenggarakan di sekolah,
imam selalu diundang untuk menjadi motivator bagi teman-temannya.
Saya sempat berbincang dengan Imam karena ingin mengetahui lebih banyak lagi,
terutama kehidupannya di luar sekolah. Berdasarkan penelusuran saya, ternyata uang yang ia
peroleh dari para netizen yang menjadi simpatisannya itu dia belikan pada sebidang tanah
seluas 112 m2, lho! Saya sangat tercengang, kok bisa-bisanya anak seusia itu berpikir untuk
membeli tanah, kenapa tidak membeli barang-barang yang ia sukai, sepeda motor baru,
misalnya. Ternyata, setelah ditanyakan alasannya, dia mendapatkan saran dari orang tuanya,
dengan alasan “itung-itung” nyimpen karena harga tanah akan terus naik, katanya. Sebuah
perencanaan yang sangat baik dan visioner memang Imam ini

Ada istilah mengatakan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Begitu pun dengan
viralitas Imam, sampai tulisan ini dibuat, Imam sudah tidak viral lagi. Hal tersebut dikarenakan
akun TikTok kakak kelasnya mengalami error . Video dan foto-foto Imam berjualan di sekolah
sudah tidak berseliweran menghiasi media sosial lagi. Namun, itu tidak membuat Imam
menjadi sedih lantas tidak bersemangat untuk meneruskan aktivitas berjualannya. Dia sungguh
tidak peduli, karena menurutnya viral atau tidak hidup harus terus berjalan. Toh, sebelumnya
ia adalah Imam seorang penjual es gabus biasa yang tidak terkenal. Meskipun dia sangat
bersyukur karena itu merupakan suatu anugerah dan juga rezeki yang Tuhan berikan
kepadanya. Hadiah yang pantas diberikan karena sudah menjadi anak yang berbakti dan mau
bekerja keras.
Imam memiliki cita – cita yang besar dan mulia. Ia berharap dapat meraih kesuksesan
serta kelak bisa meneruskan dan memajukan usaha orang tuanya. Kisah Imam menjadi bukti,
meskipun dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana tetapi dengan semangat pantang menyerah
dan kerja keras dapat mengantarkan seseorang pada keberhasilan. Kesuksesan bisa diraih dari
mana saja, bahkan dari balik box es gabus yang sederhana